AS Ketar-Ketir, Kamampuan Nuklir China Akan Lebih kuat Dari Rusia
China dilaporkan sedang gencar-gencarnya melakukan upaya memperkuat kemampuan nuklirnya dan itu akan segera melampaui Rusia sebagai ancaman nuklir utama Amerika Serikat.
Seorang pejabat senior militer AS mengatakan pada hari Jumat, memperingatkan bahwa kedua negara tidak memiliki mekanisme untuk menghindari miskomunikasi.

Letnan Jenderal Angkatan Udara AS Thomas Bussiere, wakil komandan Komando Strategis AS, yang mengawasi persenjataan nuklir negara itu, mengatakan pengembangan kemampuan nuklir China “tidak dapat lagi diselaraskan” dengan klaim publiknya bahwa ia ingin mempertahankan pencegah nuklir minimum.
“Akan ada titik, titik persimpangan, di mana jumlah ancaman yang diberikan oleh China akan melebihi jumlah ancaman yang saat ini dihadirkan Rusia,” kata Bussiere dalam sebuah forum online dilansir dari reuters.com.
Dia mengatakan penentuan tidak akan hanya didasarkan pada jumlah hulu ledak nuklir yang ditimbun Beijing, tetapi juga pada bagaimana mereka “secara operasional menerjunkan.”
“Akan ada titik persimpangan, kami percaya, dalam beberapa tahun ke depan,” kata Bussiere.
Tidak seperti Rusia, Amerika Serikat tidak memiliki perjanjian atau mekanisme dialog dengan China mengenai masalah ini untuk “mengurangi kesalahan persepsi atau kebingungan,” tambahnya.
Komentar Bussiere muncul ketika Amerika Serikat berusaha untuk menyelaraskan kembali kebijakan luar negerinya untuk memberikan penekanan yang lebih besar di kawasan Indo-Pasifik untuk melawan kekuatan ekonomi dan militer China yang tumbuh.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengungkapkan keprihatinan mendalam tentang persenjataan nuklir China yang berkembang selama pertemuan dengan para menteri luar negeri negara-negara Asia dan negara-negara mitra pada awal Agustus.
Laporan think-tank berdasarkan citra satelit mengatakan China tampaknya membangun ratusan silo baru untuk rudal nuklir, dan Washington menuduh Beijing menolak pembicaraan senjata nuklir.
China mengatakan persenjataannya dikerdilkan oleh Amerika Serikat dan Rusia, dan siap untuk berdialog, tetapi hanya jika Washington mengurangi persediaan nuklirnya ke tingkat China.
Dalam laporan tahun 2020 kepada Kongres, Pentagon memperkirakan persediaan hulu ledak nuklir operasional China berada di “200-an,” dan mengatakan itu diproyeksikan setidaknya dua kali lipat ketika Beijing memperluas dan memodernisasi pasukannya.
Menurut lembar fakta Departemen Luar Negeri, Amerika Serikat memiliki 1.357 hulu ledak nuklir yang dikerahkan pada 1 Maret.
Kemajuan China dalam teknologi rudal untuk mengirimkan hulu ledak itu juga menjadi perhatian Amerika Serikat, dan Bussiere mengatakan China tahun lalu menguji lebih banyak kemampuan rudal balistik daripada gabungan seluruh dunia.