Kisah Nyata Danau Misterius Yang Terlihat Tenang Tiba-Tiba Membunuh Ribuan Orang Dalam Satu Malam
Wow unik.info – Pada Malam ‘kiamat’ itu, seorang penduduk lokal bernama Ephriam Che berada di rumahnya yang terbuat dari bata lumpur di tebing di atas Nyos, sebuah danau kawah di dataran tinggi vulkanik di barat laut Kamerun.
Bulan sabit menerangi air dan bukit-bukit serta lembah-lembah di sekitarnya. Sekitar jam 9 malam, Che, seorang petani sederhana dengan empat anak, mendengar suara gemuruh yang terdengar seperti longsoran batu.

Kemudian kabut putih aneh muncul dari danau. Dia memberi tahu anak-anaknya bahwa sepertinya hujan akan turun dan menyuruhnya pergi tidur.
Di bawah, dekat tepi danau, Halima Suley, seorang penggembala sapi, dan keempat anaknya telah beristirahat pada malam itu.
Dia juga mendengar suara gemuruh; kedengarannya seperti “teriakan banyak suara.”
Angin kencang menderu melalui halaman kecil gubuk jerami milik keluarga besarnya, dan dia segera pingsan, seperti orang mati.
Che Menemukan Ternak dan Mayat Berserakan

Pada saat kabut pertama itu muncul, Che segera menuruni bukit. Danau Nyos, yang biasanya berwarna biru kristal, telah berubah menjadi merah kusam.
Ketika dia mencapai air terjun satu-satunya yang berasal dari danau Nyos, dia menemukan air terjun itu tidak mengalir seperti biasanya, dan terlihat kering.
Pada saat itu dia memperhatikan jika semuanya hening; bahkan paduan suara pagi yang biasanya berasal dari burung yang bernyanyi dan suara serangga tidak ada sama sekali.
Saking ketakutannya lututnya gemetar, dia berlari lebih jauh di sepanjang danau. Kemudian dia mendengar teriakan.
Dia melihat Suley, yang dalam hiruk-pikuk kesedihan dan kengerian, telah merobek pakaiannya.
Dia terdengar memanggil-manggil nama anaknya, “Efriam!” sambil dia menangis. “Kemari! Mengapa orang-orang ini berbaring di sini? Mengapa mereka tidak bergerak lagi?” teriak Sulley.
Che mencoba menolehkan wajahnya: terlihat berserakan mayat anak-anak Suley, dan 31 anggota keluarganya yang lain serta 400 ternak mereka ditemukan sudah tak bernyawa.

Suley terus berusaha membangunkan ayahnya yang juga sudah tak bernyawa. “Pada hari itu tidak ada tersisa,” kata Che. Lalat juga mati.
Dia berlari menuruni bukit, ke desa Nyos Bawah. Di sana, hampir setiap satu dari 1.000 penduduk desa meninggal, termasuk orang tua, saudara kandung, paman dan bibinya.
“Saya sendiri, saya hanya bisa menangis, menangis, menangis,” katanya.
Saat itu 21 Agustus 1986 terasa seperti akhir dunia, kiamat telah tiba, begitulah yang diyakini Che saat itu.
Semua orang mengatakan, sekitar 1.800 orang tewas di Danau Nyos. Banyak dari korban ditemukan tepat di tempat mereka biasanya berada sekitar jam 9 malam, menunjukkan bahwa mereka meninggal di tempat.
Mayat-mayat tergeletak di dekat api unggun, bergerombol di ambang pintu dan di tempat tidur.
Beberapa orang yang telah terbaring tak sadarkan diri selama lebih dari satu hari akhirnya terbangun, melihat anggota keluarga mereka terbaring mati dan kemudian bunuh diri.
Dunia Gempar dan Mengirim Para Ilmuwan Ke Danau Nyos
Dalam beberapa hari para ilmuwan dari seluruh dunia berkumpul di Nyos. Pada awalnya, mereka menganggap gunung berapi yang sudah lama tidak aktif di bawah kawahnya telah meletus, memuntahkan semacam asap mematikan.

Namun, selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun, para peneliti menemukan bencana geologis yang mengerikan dan jauh lebih berbahaya yang dianggap hanya ada dalam mitos.
Lebih buruk lagi, mereka menyadari, bencana bisa berulang, di danau Nyos dan setidaknya satu danau tambahan di dekatnya.
Sejak itu, sekelompok kecil ilmuwan yang berdedikasi telah kembali ke danau ini berulang kali dalam upaya untuk mencegah tragedi.
“Kami sangat ingin melindungi orang-orang di sana,” kata Gregory Tanyileke, ahli hidrologi Kamerun yang mengoordinasikan para ahli dari Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
Penyebab Kematian Ditemukan

Ketika kematian datang, itu diam dan tiba-tiba. Pada malam tanggal 21 Agustus 1986, lapisan gas karbon dioksida yang dingin dan berkabut mengalir melalui lembah-lembah yang mengalir dari Danau Nyos di barat laut Kamerun.
Bergerak di atas tanah, awan tebal dan lembap itu tiba-tiba mencekik ternak dan membunuh lebih dari 1.700 orang, banyak yang sedang tidur saat kejadian itu.
Wilayah di sekitar Danau Nyos adalah gunung berapi, sehingga gas vulkanik belerang pada awalnya diduga sebagai penyebab bencana.
Tetapi penyelidikan selanjutnya oleh tim ilmuwan yang dikirim ke danau dataran tinggi terpencil menunjukkan bahwa sebanyak 80 juta meter kubik CO 2 (Karbon dioksida) yang sebelumnya berada larut di kedalaman air danau, telah dilepaskan secara eksplosif di permukaannya.
Letusan Serupa Pernah Terjadi Tahun 1984
Peristiwa seperti itu, yang disebut letusan limnik, hanya tercatat sekali sebelumnya yakni di Danau Monoun di dekatnya, 35 kilometer dari Danau Nyos.

Letusan itu, juga menewaskan 37 orang pada tahun 1984, pada awalnya dirahasiakan, karena pihak berwenang Kamerun mencurigai keterlibatan teroris.
Ekspedisi ke Danau Nyos sejak bencana 1986 telah memungkinkan para peneliti untuk mengungkap proses geologi yang mendasari kecenderungan mematikan danau itu.
Air di Danau Nyos terbagi menjadi dua lapisan. Lapisan permukaan, sekitar 50 meter, biasa-biasa saja, dan diisi oleh curah hujan dan sungai.
Namun kedalaman danau, yang mencapai sekitar 200 meter, mengandung CO 2 terlarut dalam jumlah besar . Ini menjadi jelas ketika para ilmuwan mulai mengambil sampel air setelah letusan 1986.
“Saat kami membawa sampel ke permukaan, botol-botol itu meledak,” kata Sam Freeth, direktur Unit Penelitian Bahaya Geologi di Universitas Wales di Swansea, yang mengunjungi wilayah itu dua minggu setelah bencana.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa danau ini di isi oleh soda mata air dari bawah, yang terus memompa CO 2 di kedalamannya.
Tekanan air di atasnya membuat gas tetap dalam larutan. “Ini seperti sebotol sampanye,” kata Alain Bernard, ahli geokimia di Free University of Brussels. “Sebelum Anda membukanya, Anda tidak melihat gelembung apa pun.”
Lapisan batas tipis yang memisahkan permukaan dan perairan dalam adalah “seperti membran atau penghalang yang relatif kuat dan stabil”, kata Bernard.
Tetapi pada tanggal 21 Agustus 1986, keseimbangan ini terganggu, mungkin oleh tanah longsor, curah hujan, atau pola angin yang tidak biasa yang bertiup melintasi danau, tidak ada yang tahu pasti. “Sesuatu mengaduknya,” kata Bernard.
Hasilnya adalah bahwa air dari kedalaman meluap ke permukaan dan sejumlah besar CO 2 lepas keluar dan membunuh ternak dan orang-orang.
Itulah kisah danau Nyos yang kelihatan tenang tapi tersimpan gas mematikan.
Bagi orang-orang setempat, danau ini dianggap keramat dan selalu diadakan semacam ritual dan pemberian sesajen agar danau ini tidak “marah”.
sumber: Smithsonianmag.com & forbes.com