Kisah nyata singa Tsavo menghilangkan 120 orang pekerja rel kereta api di Afrika
Wow unik.info – Proyek pembangunan jalur kereta api yang akan menghubungkan Kenya dan Uganda berubah menjadi pembantaian paling mengerikan dan paling terkenal di Afrika.
Para pelakunya bukanlah manusia, melainkan singa Afrika.
Suara pengeboran dan ledakan di tengah tebing batu besar di atas Sungai Tsavo untuk Jalur Kereta Kenya-Uganda tidak menakuti kucing besar Afrika.
Justru sebaliknya, pada malam hari ketika pembangunan jembatan berhenti, dan saat para pekerja menyelinap ke gubuk-gubuk reyot mereka untuk beristirahat, keheningan malam berubah menjadi mencekam.
Malam demi malam sering diselingi oleh jeritan para pekerja yang dimangsa oleh singa.

Saat itu Maret 1898 ketika teror menjadi semakin memburuk, pembangunan rel kereta api kolonial Inggris di bawah terik matahari Afrika dihentikan.
Hilangnya pekerja melumpuhkan semua kegiatan pembangunan itu. Dan para pemburu yang bersembunyi di kegelapan sabana Kenya dikenal sebagai “Pemakan Manusia Tsavo” karena teror yang terjadi selama sembilan bulan.
Di sini, manusia tidak berada di puncak rantai makanan. Dua singa jantan disebut-sebut menjadi pelaku teror itu dan sering tidak terlihat sehingga diberi nama Hantu dan Kegelapan.
Upaya membunuh singa Tsavo
Pada titik ini para pekerja melarikan diri dari Tsavo dan pembangunan jembatan ditunda.
Dukungan dari kolonial Inggris tiba dengan bala bantuan 20 pria bersenjata untuk berburu dan membunuh singa, dengan perangkap dipasang dan para penembak bersembunyi di pohon untuk menyergap mereka.

Perburuan itu di pimpin oleh Letnan Kolonel John Henry Patterson. Â Pada 9 Desember 1898, Patterson berhasil menembak salah satu singa di kaki belakangnya.
Namun, ia melarikan diri, dan kembali ke perkemahan pada malam yang sama dan mulai menguntit Patterson ketika dia mencoba memburunya.
Patterson menembak singa itu lagi, dan keesokan paginya mereka menemukan mayatnya tidak jauh dari perkemahan. Ukurannya 2,95 meter dari hidung ke ujung ekornya.
Dua puluh hari kemudian, pada tanggal 29 Desember, singa kedua ditemukan dan ditembak enam kali setelah di intai selama 11 hari.
Patterson mengklaim singa itu mati menggerogoti dahan pohon yang tumbang dan masih berusaha menjangkaunya.
Menurut catatan Peterson dalam bukunya The Man-eaters of Tsavo (1907), jumlah kematian diperkirakan antara 100 hingga 120 orang yang telah dibunuh dan dimakan oleh singa-singa itu.
Jumlah kematian manusia tertinggi yang pernah dicatat dibunuh oleh singa.
Tidak mengherankan kedua singa ini dikenal sebagai singa pemakan manusia Tsavo atau pera pekerja menjulukinya hantu dalam kegelapan.
Begitu singa Tsavo terbunuh, para pekerja konstruksi kembali dan menyelesaikan jembatan pada Februari 1899. Cerita tersebut telah menyebabkan keributan di Kenya dan Inggris.
Tsavo adalah kawasan liar yang luas di Kenya tenggara. Lokasi jembatan di atas Sungai Tsavo sangat dekat dengan pertemuan sungai Tsavo dan Athi-Galana-Sabaki, sebuah wilayah yang oleh suku Afrika setempat disebut orang Kamba sebagai ‘tempat pembantaian’.
Nama ini mengacu pada banyak konflik suku yang telah terjadi di daerah tersebut selama bertahun-tahun.
Penyebab singa-singa Tsavo memburu manusia

Menurut Bruce Patterson dalam bukunya tahun 2004 The Lions of Tsavo: Exploring the Legacy of Africa’s Notorious Man-Eaters , singa-singa ini mulai berburu manusia karena satu atau lebih dari empat alasan berikut:
- Pada tahun 1898, wabah penyakit ternak membuat singa tidak punya makanan. Mereka harus mencari sumber makanan lain, dan mereka beralih ke manusia.
- Singa mungkin telah mengembangkan nafsu makan daging manusia akibat dari memakan mayat yang ditemukan di wilayah Sungai Tsavo.
- Orang-orang Hindu yang bekerja di rel kereta api melakukan  kremasi untuk orang mati ari kalangan mereka, yang mungkin telah menjadikan singa merasakan daging manusia dari sisa-sisa kremasi.
- Penyakit gigi yang parah membuat singa bermigrasi ke manusia sebagai mangsa yang lebih mudah ditangkap dan dikunyah.

Hari ini dua singa pemakan manusia yang meyebabkan teror mengerikan di Tsavo, Kenya masih dapat dijumpai di museum di Chicago, Illinois, Amerika Serikat.
sumber: safarisafricana.com