Tragedi Tampomas II dan Kisah Heroik Sang Kapten: “Buat apa kita turun kalau belum semua penumpang selamat?”
WOWUNIK.INFO – Tragedi tenggelamnya kapal Tampomas II merupakan sebuah peristiwa kecelakaan kapal terkelam di dunia pelayaran Indonesia. Diperkirakan sekitar 666 orang menjadi korban dari kecelakaan kapal naas tersebut.
Kapal Tampomas II sempat dibanggakan sebagai kapal canggih yang di produksi Mitsubishi Heavy Industries Jepang, Tampomas menjadi kapal terkuat dan canggih pada masanya, tapi kapal ini harus kalah di Laut Jawa usai kabin mesin terbakar.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/529697/original/kapal-tampomas-131216b.jpg)
Tampomas II tidak sampai setahun mengarungi laut Indonesia hingga akhirnya terbakar pada 27 Januari 1981. Pelayaran perdana Tampomas II dilakukan pada 2 Juni sampai dengan 13 Juni 1980. Rute yang ditempuh ialah Padang-Jakarta-Ujungpandang.
Dalam buku “Neraka di Laut Jawa: Tampomas II” (1981) menyajikan adegan demi adegan lewat penggambaran yang demikian rinci dalam 291 halamannya. Kisah-kisah kecil yang menyentuh hati, yang dialami penumpang, awak kapal, dan para penolong.
Buku ini merupakan hasil rekonstruksi ulang, dilengkapi pemutakhiran data dan wawancara tambahan, atas tumpukan dokumen reportase para wartawan Sinar Harapan dan Mutiara.
Dugaan Penyelewengan Saat Pembelian Kapal
Dalam tenggelamnya Tampomas II, bermunculan dugaan adanya ketidakberesan terkait pembelian kapal bekas berumur 10 tahun tersebut. Buruknya kondisi kapal digambarkan. Kronologi pembeliannya dimunculkan. Angka-angka yang mencurigakan dibeberkan. Namun semua data masih ditempatkan sebagai pelengkap cerita.

Nama Tampomas sendiri diambil dari nama sebuah gunung di Sumedang, Jawa Barat. Ia menjadi nama bagi kapal yang beroperasi sejak Mei 1980 di bawah bendera PT PELNI. Kapal bekas, tua, dan tak terawat ini harus bekerja keras seperti kapal baru. Akhirnya, tenggelam, sebanyak 666 orang menjadi korban.
Kapal bekas ini dibeli melalui PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (PANN) dari perusahaan Jepang Comodo Marine Co. SA dengan harga USD 8,3 juta. Tampomas II diproduksi Mitsubishi Heavy Industries di Shimonoseki, Jepang, pada 1956 1956 dengan lebar 22 meter dan panjang 125,6 meter.
Kronologi Tenggelamnya Tampomas II
Kapal Tampomas II bertolak pada Sabtu, 24 Januari 1981, pukul 19.00 WIB dari Dari Tanjung Priok, Jakarta. Di atas kapal terdapat 191 mobil, 200 sepeda motor, dan diperkirakan 1.442 orang. Dari jumlah itu, yang tercatat secara resmi sebanyak 1.054 orang. Sisanya adalah penumpang gelap.

Kapal mengalami kerusakan pada minggu malam 25 Januari 1981 pukul 20.00 WITA karena kebocoran bahan bakar. Api menyambar dan kru mesin mati-matian memadamkannya dengan alat pemadam portabel.
Usaha pemadaman menemui jalan buntu saat air untuk memadamkan api tak bisa disemprotkan karena generator mati. Api menjalar ke ruang tempat disimpannya mobil dan sepeda motor yang berbahan bakar.
Kapten Abdul Rivai, sang nahkoda, mencoba mendamparkan kapalnya ke pulau terdekat. Namun gagal karena baling-balingnya tak bisa berputar.
Radio mati dan pesan ke kapal lain atau syahbandar pelabuhan tak bisa dikirim. Isyarat cahaya yang dilontarkan ke udara juga tak menyala.
Evakuasi penumpang berjalan kacau. Ada awak kapal yang menurunkan sekoci untuk dirinya sendiri. Munculnya matahari pada 26 Januari 1981 menerangi lautan di sekitar Tampomas. Datangnya hujan deras pagi itu, membuat kapal makin dipenuhi air.
Kapal Motor Sangihe, di bawah komando nakhoda kapal Kapten Agus K. Sumirat, adalah yang pertama kali tiba. Mualim J. Bilalu dari KM Sangihe melihat kepulan asap yang semula dikiranya datang dari sumur minyak lepas pantai Pertamina.
Kapal Meledak dan Kisah Heroik Sang Kapten
Ruang mesin Tampomas II akhirnya meledak pada pagi 27 Januari esoknya. Kapal pun makin dipenuhi oleh air laut. Ruang Propeller dan Ruang Generator turut pula terisi air laut, dan kapal miring 45 derajat.

Disaat situasi yang kacau itu, terdapat kisah kepahlawanan Kapten kapal Tampomas II Abdul Rivai. Dengan tenang, Kapten Abdul Rivai tampak membagi-bagikan pelampung bagi penumpang yang takut terjun ke laut.
“Sebaiknya kita turun saja, Kep,” kata Karel Simanjuntak, seorang awak kapal yang berada di dekat Kapten Rivai. “Buat apa kita turun kalau belum semua penumpang selamat?” sahutnya, seperti yang termaktub dalam buku Neraka di Laut Jawa: Tampomas II.
Hingga detik-detik akhir menjelang tenggelam, Kapten Abdul Rivai masih terlihat menolong beberapa wanita. Ia melambaikan tangannya dan masuk kembali ke dalam kapal.
Akhirnya pada 27 Januari 1981, 40 tahun lalu, Pukul 12.45 WIB atau Pukul 13.45 WITA, Tampomas II tenggelam ke dasar Laut Jawa di sekitar perairan Masalembu. Kapten Abdul Rivai bersama ratusan penumpang yang ada di kapal tersebut menjadi korban tragedi Tamponas II.
Kejadian ini memberi tamparan keras bagi pemerintah saat itu walau sempat ditutup-tutupi. Semoga tragedi tenggelamnya Tampomas II tidak pernah terulang lagi dan menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia.
Referensi: Kompas.com & liputan6.com